Friday 13 November 2015

Akuntansi Biaya Resume Bab 18

BAB 18 :
KERUSAKAN, PENGERJAAN ULANG, DAN BARANG RONGSOKAN

            Kerusakan adalah unit produksi baik yang telah selesai seluruhnya atau yang baru selelsai sebagian yang tidak memenuhi spesifikasi yang diminta oleh pelanggan dan akan dibuang atau dijual dengan harga yang lebih rendah. Pengerjaan ulang adalah unit produksi yang tidak memenuhi spesifikasi yang diminta oleh pelanggan tetapi kemudian diperbaiki dan dijual sebagai unit barang jadi. Barang rongsokan adalah bahan residu yang berasal dari pembuatan suatu produk.
            Ada dua jenis kerusakan yang terjadi yaitu kerusakan normal dan kerusakan abnormal. Kerusahan abnormal sendiri adalah kerusakan yang melekat dalam proses produksi tertentu yang tetap saja terjadi meskipun operasi telah berlangsung secara efisien. Sedangkah kerusakan abnormal sediri adalah kerusakan yang tidak melekat dalam proses produksi tertentu dan tidak akan terjadi pada kondisi operasi yang efisien.
            Penjelasan lebih lanjut tentang bagaimana sistem kalkulasi biaya memperhitungkan unit yang rusak. Titik inspeksi adalah tahap proses produksi di mana produk akan diuji untuk menentukan apakah produk tersebut merupakan unit yang dapat diterima atau tidak dapat diterima. Menghitung dan membebankan biaya per unit bahan langsung dengan menggunakan pendekatan A serta pendekatan B. Pendekatan A menunjukkan unit ekuivalen berupa unit yang baik telah selesai dalam proses akhir dan berupa kerusakan normal. Pendekatan B merupakan unit ekuivalen output berupa unit yang baik yang telah selesai dan barang dalam proses akhir.
Prosedur untuk kalkulasi biaya proses dengan kerusakan ada lima yaitu,
Langkah 1 : menhitung arus unit fisik output
Langkah 2 : menghitung output dalam istilah unit ekuivalen
Langkah 3 : menghitung biaya per unit ekuivalen
Langkah 4 : mengikhtisarkan total biaya yang akan diperhitungkan
Langkah 5 : membebankan total biaya ke unit yang telah selesai, ke unit yang rusak, dan ke unit barang dalam proses akhir
            Metode rata-rata tertimbang dan kerusakan menghitungnya dengan rumus Biaya per unit baik yang telah selesai ditransfer keluar dari proses = Tital biaya yang ditransfer keluar dibagi dengan jumlah unit baik yang diproduksi. Sedangkan pada metode FIFO dan kerusakan menggunakan semua biaya kerusakan diasumsikan terkait dengan unit yang diselesaikan selama periode ini dengan menggunakan biaya per unit periode berjalan.
            Kalkulasi biaya pekerjaan dan kerusakan. Ketika membebankan biaya, pada umumnya sistem kalkulasi biaya pekerjaan membebankan kerusakan normal yang disesbabkan oleh pekerjaan tertentu dengan kerusakan normal yang umum terjadi pada semua pekerjaan. Ketika kita menggambarkan akuntansi untuk kerusakan dalam kalkulasi biaya pekerjaan dengan menggunakan berikut ini yaitu
Kerusakan normal yang disebabkan oleh pekerjaan tertentu
Kerusakan normal yang umum terjadi di semua pekerjaan
Kerusakan abnormal
            Kalkulasi biaya pekerjaan dan pengerjaan ulang. Pengerjaan ulang adalah unit produksi yang diinspeksi, ditentukan sebagai tidak dapat diterima, diperbaiki, dan dijual sebagai barang jadi yang dapat diterima. Pengerjaan ini dibedakan menjadi tiga yaitu, pengerjaan ulang normal yang dapat diatribusikan dengan pekerjaan tertentu, pengerjaan ulang normal yang umum pada semua pekerjaan, dan pengerjaan ulang abnormal.
            Akuntansi untuk pengerjaan ulang dalam sistem kalkulasi biaya proses juga mengharuskan pembedaan antara pengerjaan ulang abnormal dengan pengerjaan ulang normal. Kalkulasi biaya pengerjaan ulang mengaharuskan manajemen berfokus pada sumber daya yang dihabiskan atas aktivitas yang sebenarnya tidak perlu dilakukan jika produk yang dibuat dengan benar.
            Akuntansi untuk barang rongsokan. Barang rongsokan adalah bahan residu yang berasal dari pembuatan suatu produk, barang rongsokan memiliki total nilai jual yang rendah dibandingkan dengan total nilai jual produk.
Ada dua aspek akuntansi untuk barang rongsokan :
1.      Perencanaan dan pengendalian yang mencakup penelusuran fisik.
2.      Kalkulasi biaya persediaan yang mencakup kapan dan bagaimana barang rongsokan mempengaruhi laba operasi.
Ayat jurnal awal untuk mencatat barang rongsokan umumnya dibuat dalam istilah fisik. Penelusuran barang rongsokan yang cermat seringkali merembet kecatatan akuntansi. Persoalan yang ada di bab 16 menyangkut akuntansi untuk produk sampingan :
1.      Kapan nilai barang rongsokan harus diakui dalam catatan akuntansi pada saat barang rongsokan dihasilkan atau pada saat barang rongsokan dijual ?
2.      Bagaimana pendapatan dari barang rongsokan harus diperhitungkan ?
Mengakui barang rongsokan pada saat penjualan. Apabila nilai barang rongsokan tidak material, tugas akuntansi yang paling sederhana adalah mencatat kuantitas fisik barang rongsokan yang dikembalikan ke gudang dan memandang penjualan barang rongsok sebagai pos terpisah dalam laporan laba rugi. Ayat jurnalnya adalah sebagai berikut,
Penjualan barang rongsokan : Kas atau Piutang Usaha
                                                            Pendapatan Bunga Rongsokan
            Barang rongsokan yang dapat diatribusikan dengan pekerjaan tertentu, barang rongsokan yang umu pada semua pekerjaan. Mengakui barang rongsokan pada saat produksi ada tida yaitu barang rongsokan yang dapat diatribusikan dengan pekerjaan tertentu. Barang rongsokan yang umum pada semua pekerjaan.

            Akuntansi untui barang rongsokan menurut kalkulasi biaya proses sama seperti akuntansi menurut kalkulasi biaya pekerjaan apabila barang rongsokan merupakan hal yang umum pada semua pekerjaan. Para manajer memusatkan perhatiannya pada cara untuk mengurangi barang rongsokan dan menggunakannya agar lebih menguntungkan, terutama ketika biaya barang rongsokan berjumlah tinggi.

No comments:

Post a Comment