BAB
18 :
KERUSAKAN,
PENGERJAAN ULANG, DAN BARANG RONGSOKAN
Kerusakan adalah unit produksi baik
yang telah selesai seluruhnya atau yang baru selelsai sebagian yang tidak
memenuhi spesifikasi yang diminta oleh pelanggan dan akan dibuang atau dijual
dengan harga yang lebih rendah. Pengerjaan ulang adalah unit produksi yang
tidak memenuhi spesifikasi yang diminta oleh pelanggan tetapi kemudian
diperbaiki dan dijual sebagai unit barang jadi. Barang rongsokan adalah bahan
residu yang berasal dari pembuatan suatu produk.
Ada dua jenis kerusakan yang terjadi
yaitu kerusakan normal dan kerusakan abnormal. Kerusahan abnormal sendiri
adalah kerusakan yang melekat dalam proses produksi tertentu yang tetap saja
terjadi meskipun operasi telah berlangsung secara efisien. Sedangkah kerusakan
abnormal sediri adalah kerusakan yang tidak melekat dalam proses produksi
tertentu dan tidak akan terjadi pada kondisi operasi yang efisien.
Penjelasan lebih lanjut tentang
bagaimana sistem kalkulasi biaya memperhitungkan unit yang rusak. Titik
inspeksi adalah tahap proses produksi di mana produk akan diuji untuk
menentukan apakah produk tersebut merupakan unit yang dapat diterima atau tidak
dapat diterima. Menghitung dan membebankan biaya per unit bahan langsung dengan
menggunakan pendekatan A serta pendekatan B. Pendekatan A menunjukkan unit
ekuivalen berupa unit yang baik telah selesai dalam proses akhir dan berupa
kerusakan normal. Pendekatan B merupakan unit ekuivalen output berupa unit yang
baik yang telah selesai dan barang dalam proses akhir.
Prosedur
untuk kalkulasi biaya proses dengan kerusakan ada lima yaitu,
Langkah
1 : menhitung arus unit fisik output
Langkah
2 : menghitung output dalam istilah unit ekuivalen
Langkah
3 : menghitung biaya per unit ekuivalen
Langkah
4 : mengikhtisarkan total biaya yang akan diperhitungkan
Langkah
5 : membebankan total biaya ke unit yang telah selesai, ke unit yang rusak, dan
ke unit barang dalam proses akhir
Metode rata-rata tertimbang dan
kerusakan menghitungnya dengan rumus Biaya per unit baik yang telah selesai
ditransfer keluar dari proses = Tital biaya yang ditransfer keluar dibagi
dengan jumlah unit baik yang diproduksi. Sedangkan pada metode FIFO dan
kerusakan menggunakan semua biaya kerusakan diasumsikan terkait dengan unit
yang diselesaikan selama periode ini dengan menggunakan biaya per unit periode
berjalan.
Kalkulasi biaya pekerjaan dan
kerusakan. Ketika membebankan biaya, pada umumnya sistem kalkulasi biaya
pekerjaan membebankan kerusakan normal yang disesbabkan oleh pekerjaan tertentu
dengan kerusakan normal yang umum terjadi pada semua pekerjaan. Ketika kita
menggambarkan akuntansi untuk kerusakan dalam kalkulasi biaya pekerjaan dengan
menggunakan berikut ini yaitu
Kerusakan
normal yang disebabkan oleh pekerjaan tertentu
Kerusakan
normal yang umum terjadi di semua pekerjaan
Kerusakan
abnormal
Kalkulasi biaya pekerjaan dan
pengerjaan ulang. Pengerjaan ulang adalah unit produksi yang diinspeksi,
ditentukan sebagai tidak dapat diterima, diperbaiki, dan dijual sebagai barang
jadi yang dapat diterima. Pengerjaan ini dibedakan menjadi tiga yaitu,
pengerjaan ulang normal yang dapat diatribusikan dengan pekerjaan tertentu,
pengerjaan ulang normal yang umum pada semua pekerjaan, dan pengerjaan ulang
abnormal.
Akuntansi untuk pengerjaan ulang
dalam sistem kalkulasi biaya proses juga mengharuskan pembedaan antara
pengerjaan ulang abnormal dengan pengerjaan ulang normal. Kalkulasi biaya
pengerjaan ulang mengaharuskan manajemen berfokus pada sumber daya yang
dihabiskan atas aktivitas yang sebenarnya tidak perlu dilakukan jika produk
yang dibuat dengan benar.
Akuntansi untuk barang rongsokan.
Barang rongsokan adalah bahan residu yang berasal dari pembuatan suatu produk,
barang rongsokan memiliki total nilai jual yang rendah dibandingkan dengan
total nilai jual produk.
Ada
dua aspek akuntansi untuk barang rongsokan :
1. Perencanaan
dan pengendalian yang mencakup penelusuran fisik.
2. Kalkulasi
biaya persediaan yang mencakup kapan dan bagaimana barang rongsokan
mempengaruhi laba operasi.
Ayat
jurnal awal untuk mencatat barang rongsokan umumnya dibuat dalam istilah fisik.
Penelusuran barang rongsokan yang cermat seringkali merembet kecatatan
akuntansi. Persoalan yang ada di bab 16 menyangkut akuntansi untuk produk
sampingan :
1. Kapan
nilai barang rongsokan harus diakui dalam catatan akuntansi pada saat barang
rongsokan dihasilkan atau pada saat barang rongsokan dijual ?
2. Bagaimana
pendapatan dari barang rongsokan harus diperhitungkan ?
Mengakui
barang rongsokan pada saat penjualan. Apabila nilai barang rongsokan tidak
material, tugas akuntansi yang paling sederhana adalah mencatat kuantitas fisik
barang rongsokan yang dikembalikan ke gudang dan memandang penjualan barang
rongsok sebagai pos terpisah dalam laporan laba rugi. Ayat jurnalnya adalah
sebagai berikut,
Penjualan
barang rongsokan : Kas atau Piutang Usaha
Pendapatan
Bunga Rongsokan
Barang rongsokan yang dapat
diatribusikan dengan pekerjaan tertentu, barang rongsokan yang umu pada semua
pekerjaan. Mengakui barang rongsokan pada saat produksi ada tida yaitu barang
rongsokan yang dapat diatribusikan dengan pekerjaan tertentu. Barang rongsokan
yang umum pada semua pekerjaan.
Akuntansi untui barang rongsokan
menurut kalkulasi biaya proses sama seperti akuntansi menurut kalkulasi biaya
pekerjaan apabila barang rongsokan merupakan hal yang umum pada semua
pekerjaan. Para manajer memusatkan perhatiannya pada cara untuk mengurangi
barang rongsokan dan menggunakannya agar lebih menguntungkan, terutama ketika
biaya barang rongsokan berjumlah tinggi.
No comments:
Post a Comment