Sunday, 28 January 2018

PERENCANAAN BIAYA UNTUK SIKLUS HIDUP PRODUK : PENENTUAN BIAYA BERDASARKAN TARGET, TEORI KENDALA, DAN PENETAPAN HARGA STRATEGIS

Perhitungan biaya berdasarkan target merupakan metode yang pertama dari empat metode biaya dalam bab ini. Metode lainnya adalah teori kendala (theory of constraints), perhitungan biaya menurut siklus hidup (life-cycle costing), dan penetapan harga jangka panjang (long-term pricing). Unsur yang paling umum dari keempat metode tersebut adalah semuanya terlibat dalam keseluruhan siklus hidup produk.
Penetapan harga jangka panjang menggunakan dua pandangan penting dan sangat berbeda dari siklus hidup produk.
1.      Siklus Biaya Hidup (Cost Life Cycle), merupakan urutan aktivitas dalam perusahaan mulai dari peelitian dan pengembangan, desain, produksi (atau penyediaan jasa), pemasaran/distribusi, dan layanan kepada pelanggan.
2.      Siklus Hidup Penjualan (Sales Life Cycle), merupakan urutan dari tahap-tahap hidup barang dan jasa di pasar, mulai dari pengenalan barang atau jasa ke pasaran, sampai pada pertumbuhan dalam penjualan, dan akhirnya kematangan, penurunan serta penarikan dari pasar.

Tiga metode, yaitu perhitungan biaya berdasarkan target, teori kendala, dan perhitungan biaya menurut siklus hidup biasanya digunakan oleh perusahaan manufaktur, dimana pengembangan produk baru, kecepatan produksi, dan efisiensi sangat penting.

1. PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN TARGET

Menurut Henry Ford, tidak seorangpun tahu berapa biaya yang seharusnya dikeluarkan. Salah satu cara adalah menentukan harga serendah-rendahnya, sehingga memaksa setiap orang berupaya keras untuk menghasilkan laba.
Ford menjelaskan teknik yang disebut sebagai perhitungan biaya berdasarkan target, dimana perusahaan menentukan biaya yang harus dikeluarkan untuk barang atau jasa, berdasarkan harga pasar kompetitif, dengan demikian perusahaan dapat memperoleh laba yang diharapkan :

                 Biaya target = Harga Kompetitif – Laba yang diharapkan

Perusahaan mempunyai dua pilihan untuk menurunkan biaya sampai pada level biaya target:
1.        Dengan mengintegrasikan teknologi produksi baru, menggunakan teknik-teknik manajemen biaya yang canggih seperti perhitungan biaya berdasarkan aktivitas(activity based costing), dan mencari produktivitas yang lebih tinggi.
2.        Dengan melakukan desain ulang terhadap barang atau jasa. Metode ini menguntungkan bagi banyak perusahaan karena mengakui bahwa keputusan-keputusan atas desain sangat mempengaruhi total biaya selama siklus hidup produk.

Banyak perusahaan menggunakan kedua pilihan tersebut, yaitu usaha untuk mencapai keuntungan peningkatan produktivitas dan perhitungan biaya berdasarkan target untuk merancang produk dengan biaya rendah. Beberapa manajer menyatakan bahwa tidak seperti program perbaikan produktivitas, perhitungan biaya berdasarkan target mempunyai tujuan yang lebih terbatas, yaitu level biaya yang spesifik. Karena lebih jelas, maka tujuannya tampak lebih mudah dicapai dan oleh karena itu lebih dapat memotivasi.
Lima tahap penerapan pendekatan perhitungan biaya berdasarkan target adalah :
1.      Menentukan harga pasar
2.      Menentukan laba yang diharapkan
3.      Menghitung biaya target pada harga pasar dikurangi laba yang diharapkan
4.      Menggunakan rekayasa nilai untuk menentukan cara menurunkan biaya produk.
5.      Menggunakan perhitungan biaya kaizen dan pengendalian operasional untuk terus menurunkan biaya.

Rekayasa Nilai
            Rekayasa nilai (value engineering) digunakan dalam perhitungan biaya berdasarkan target untuk menurunkan biaya produk dengna cara menganalisis trade-offantara jenis fungsionalitas produk yang berbeda-beda dan total biaya produk.
Perhitungan biaya berdasarkan target lebih bermanfaat untuk produk pada kelompok pertama karena pada kelompok produk ini perusahaan mempunyai kebijakan atas lebih banyak fitur produk. Jenis rekayasa nilai yang umumnya digunakan pada perusahaan-perusahaan ini adalah Analisis Fungional (functional analysis), yaitu proses pengkajian kinerja dan biaya dari setiap fasilitas atau fitur utama produk. Tujuan analisis ini adalah keseimbangan yang diinginkan antara kinerja dan biaya. Analisis Desain (design analysis), merupakan bentuk umum dari rekayasa nilai untuk produk dalam kelompok kedua, yaitu produk-produk industri dan produk khusus.
Pendekatan penurunan biaya lainnya meliputi tabel biaya dan teknologi kelompok, dimana Tabel Biaya (cost table) merupakan basis data berbasis komputer meliputi informasi yang komprehensif tentang penggerak biaya (cost driver) perusahaan. Teknologi Kelompok (group technology) merupakan metode untuk mengidentifikasi kesamaan suku cadang dalam produk-produk yang dihasilkan perusahaan, sehingga suku cadang yang sama dapat digunakan untuk dua produk atau lebih serta dapat menurunkan biaya.


Perhitungan Biaya Berdasarkan Target dan Perhitungan Biaya Kaizen
Langkah kelima dalam perhitungan biaya berdasarkan target adalah dengan menggunakan perbaikan terus-menerus atau berkelanjutan (continuous improvement/kaizen) dan pengendalian operasional untuk menurunkan biaya lebih lanjut. Kaizen berarti perbaikan bekelanjutan, yaitu usaha secara terus menerus mencari cara baru untuk menurunkan biaya dalam proses produksi produk dengan desain dan fungsionalitas yang ada. Dengan demikian, perhitungan biaya berdasarkan target dan kaizen adalah metode-metode saling melengkapi yang digunakan untuk secara berkelanjutan menurunkan biaya dan meningkatkan nilai.
           

TEORI KENDALA

Teori kendala (theory of constraint - TOC), yaitu teknik yang digunakan untuk meningkatkan kecepatan dalam proses produksi. Ukuran didefinisikan dengan cara-cara yang berbeda untuk tiap-tiap perusahaan. Sebagai contoh, waktu siklus produksi (cycle time, lead time, or throughput time) umumnya didefinisikan sebagai berikut :
Waktu Siklus produksi = Jumlah waktu antara penerimaan pesanan pelanggan dan pengiriman pesanan tersebut

Ukuran lainnya yang berguna adalah efisiensi Siklus produksi (manufacturing cycle efficiency-MCE) yang merupakan rasio antara waktu pemrosesan dengan total waktu siklus.                                          
                  MCE  =   Waktu pemrosesan
                                 Total waktu siklus

Langkah-langkah dalam Analisis Teori Kendala
Lima langkah dalam analisis TOC, yaitu :
a.       Mengidentifikasi kendala
b.      Menentukan bauran produk yang paling menguntungkan untuk setiap kendala
c.       Memaksimalkan arus yang melalui kendala
d.      Menambah kapasitas pada kendala
e.       Mendesain ulang proses produksi untuk mempercepat flexibilitas dan waktu siklus

            TOC adalah metode yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengatur kendala dalam proses produksi sehingga dapat mempercepat arus produk dalam pabrik. Karena perhatian pihak manajemen, perusahaan memutuskan untuk melakukan analisis TOC.

Langkah I : Mengidentifikasi kendala
            Akuntan manajemen bekerja bersama manajer produksi dan manajer teknik untuk mengindentifikasi kendala-kendala yang bersifat mengikat dengan cara menggunakan Diagram jaringan (Network Diagram),yaitu merupakan flowchart dari pekerjaan yang menunjukkan urutan proses dan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk setiap proses.

Diagram Jaringan meliputi enam proses produksi :
Proses 1 : Menerima dan menginspeksi bahan baku
Proses 2 : Mencampur bahan baku
Proses 3 : Inspeksi kedua
Proses 4 : Pengisian dan pengemasan
Proses 5 : Inspeksi Tiga
Proses 6 : Pemberian label

            Analisis tugas (task analysis), yang menggambarkan aktivitas dari setiap proses secara rinci, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kendala-kendala yang mengikat.

Langkah 2 : Menentukan Bauran Produk yang Paling Menguntungkan untuk Setiap Kendala.
            Akuntan manajemen menentukan bagaimana memanfaat sumber daya perusahaan paling efisien. Pendekatan yang digunakan agak berbeda tergantung apa perusahaan menghasilkan satu produk atau dua produk atau lebih (seperti pada SPI). Jika perusahaan mempunyai satu produk, akuntan manajemen mencari cara untuk memaksimumkan aliran produksi dengan kendala yang ada.
Untuk memaksimumkan aliran dalam kendala yang mengikat :
1.      Menyederhanakan operasi yang menyebabkan pemborosan :
a.       Menyederhanakan desain produk
b.      Menyederhanakna proses produksi/pengolahan.
2.      Mencari cacat kualitas dalam bahan baku yang menyebabkan keterlambatan.
3.      Menurunkan waktu setup.
4.      Menurunkan kelambatan lain yang terkait dengan aktivitas yang tidak terjadwal dan tidak bernilai tambah, seperti inspeksi atau kerusakan mesin
5.      Menyederhanakan kendala mengikat dengan cara mengubah semua aktivitas dari kendala yang tidak mengurai fungsi operasi.
6.       
Langkah 3 : Memaksimalkan Arus yang Melalui Kendala
            Tujuannya untuk mengelola aliran produksi yang masuk dan keluar dalam kendala yang mengikat utnuk melancarkan aliran produk dalam pabrik. Alat penting untuk mengelola aliran produk dalam konteks ini adalah Drum-buffer-rope (DBR) system, yaitu merupakan suatu sistem untuk menyeimbangkan aliran produksi melalui kendala yang mengikat (binding constraint), sehingga mengurangi jumlah persediaan pada kendala dan meningkatkan produktifitas secara keseluruhan.


Lima tahap prose pemanufakturan :
Proses 1 : Membuat ‘earpiece’ untuk layak untuk telinga pelanggan
Proses 2 : Menguji dan memasang unit microphone
Proses 3 : Menguji dan memasang elektronik lainnya
Proses 4 : Perakitan akhir dan pengujian akhir
Proses 5 : Pengemasan dan pemberian label untuk pengangkutan

Langkah 4 : Menambah kapsitas pada kendala
Untuk sebagai ukuran jangka panjang untuk mengurangi pemborosan dan memperbaiki ‘througput’ manajemen harus mempertimbangkan tambahan kapasitas untuk kendala mengikat, dengan menambah atau memperbaiki mesin dan/atau menambah tenaga kerja langsung.

Langkah 5 : Mendesain Ulang Proses Produksi untuk Mempercepat Fleksibilitas dan Waktu Siklus
Suatu respons stratejik yang paling lengkap untuk situasi pemborosan adalah merancang ulang proses produksi, yang meliputi pengenalan teknologi pemanufakturan baru, menghilangkan hal-hal yang menyulitkan produksi, dan mendesain ulang beberapa produk sehingga lebih mudah diproduksi.



Laporan Teori Kendala
            Perusahaan yang berfokus pada perbaikan waktu siklus, penghapusan kendala, dan perbaikan kecepatan pengiriman, ukuran-ukuran evaluasi kinerja juga berfokus pada faktor-faktor penentu keberhasilan (critical succes factors – CSF). Pendekatan yang umum adalah melaporkan margin, selain laporan tentang data operasional terpilih dalam laporan teori kendala.

ABC dan Teori Kendala
            Dalam perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity-based costing – ABC) biasanya digunakan oleh perusahaan yang menggunakan metode manajemen biaya seperti perhitungan biaya berdasarkan target dan toeri kendala. ABC digunakan untuk menilai profitabilitas produk, seperti halnya TOC. Perbedaannya adalah bahwa TOC menggunakan pendekatan jangka pendek dalam melakukan analisis profitabilitas, sementara ABC menggunakan analisis jangka panjang.

2. PERHITUNGAN BIAYA BERDASAR SIKLUS HIDUP
                  Metode manajemen biaya cenderung hanya memfokuskan pada biaya produksi, biaya hulu dan biaya hilir bisa jadi mempunyai porsi yang signifikan dari ‘total life cycle cost’ khususnya untuk industri-industri tertentu :
3      Industri dengan porsi biaya hulu dan biaya hilir yang tinggi :
            Farmasi dan Produsen Mobil
4      Industri dengan porsi biaya hulu tinggi :
      Software Komputer dan Peralatan Medis dan Industri Khusus
5      Industri dengan porsi biaya hilir yang tinggi :
Eceran dan Parfum, Kosmetik, dan Perlengkapan Toilet.

Pentingnya Desain
Dalam pengungkapan diatas bahwa penting bagi manajer untuk mempertimbangkan biaya hulu dan hilir, demikian pula pengambilan keputusan pada tahap desain merupakan sesuatu yang kritis (penting). Keputusan pada tahap desain membawa pada rencana produksi, pemasaran dan pelayanan tertentu. Oleh, karena itu biaya desain menentukan biaya lainnya yang dikeluarkan selama siklus hidup produk tersebut.
Faktor keberhasilan kritis ‘ Critical Succes Factors’ pada tahap desain adalah :
1.      Mempercepat waktu pelucuran ke pasar
Dalam lingkungan yang kompetitif, dimana kecepatan pengembangan produk dan kecepatan pengiriman merupakan sesuatu yang kritis, upaya untuk menurunkan waktu peluncuran ke pasar menduduki prioritas pertama.
2.      Menurunkan biaya layanan/perbaikan yang diharapkan.
Dengan desain yang baik dan sederhana dan penggunaan komponen modular yang dapat ditukar-tukar, biaya pelayanan yang diharapkan dapat berkurang banyak.
3.      Mempermudah produksi.
Untuk mengurangi biaya produksi dan waktu produksi, desain harus dibuat sedemikian rupa sehingga produk mudah dibuat.
4.      Merencanakan dan mendesain proses.
Rencana proses produksi harus dibuat fleksibel, sehingga memungkinkan dilakukan setup secara cepat dan perubahan produk dengan menggunakan konsep pemanufakturan yang cerdas’ computer-integrated manufacturing’, computer-assisted design’ dan concurrent engineering’.

Karakteristik Empat Metode Desain
1.      Basic engineering, merupakan metode dimana perancang produk bekerja secara terpisah dari pemasaran dan produksi untuk mengembangkna desain dari rencana dan spesifiksi khusus.
2.      Prototyping, merupakan metode dimana model fungional dikembangkna dan diuji coba oleh para tehnisi dan pemakai yang dipilih untuk percobaan.
3.      Templating, merupakan metode desain diman produk yang ada saat ini ditambahi atau dikurangi supaya sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan dalam produk baru
4.      Conccurent Engineering atau ‘simultaneous engineering’, merupakan pendekatan dimana desain produk diintegrasikan dengan pemasaran dan produksi dalam siklus hidup produk (product life cycle)
3. PENETAPAN HARGA PRODUK MENGGUNAKAN SIKLUS HIDUP PRODUK
            Penetapan harga berdasarkan biaya adalah pendekatan yang umum digunakan oleh perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa. Perusahaan yang bersaing dalam hal kepemimpinan biaya menggunakan informasi biaya untuk meningkatkan efisiensi operasi dan mengurangi biaya serta harga. Harga ditetapkan oleh para produsen yang paling efisien, yaitu yang paling dapat mengurangi biaya-biaya. Sebaliknya, perusahaan yang bersaing dalam hal diferensiasi memiliki pertimbangkan lebih dalam menetapkan harga. Yang tujuannya adalah untuk meningkatkan laba dengan menetapkan harga awal yang tinggi untuk pelanggan yang bersedia membayar, diikuti harga yang lebih rendah untuk pelanggan yang sangat memerhatikan biaya yang disebut skimming.
            Informasi yang digunakan untuk penetapan harga umumnya dibuat berdasarkan satu dari empat metode berikut, yaitu :
1.      Biaya Produksi Penuh Ditambah Markup, yaitu perusahaan yang menentukan biaya produksi penuh (total biaya produksi tetap dan variabel) dan menambahkan presentase markup untuk menutup biaya operasi lain ditamba laba. Persentase markup dapat ditentukan oleh praktik industri, pertimbangan, atau tingkat laba yang diharapkan.
2.      Biaya Selama Siklus Hidup Ditambah Markup, yaitu adanya pendekatan siklus hidup untuk penetapan harga dengan menggunakan biaya siklus hidup penuh bukan hanya biaya produksi saja.
3.      Biaya Produksi Penuh dan Persentase Margin Kotor yang Diinginkan, yaitu harga yang ditentukan sedemikian rupa sehingga dicapai suatu persentase margin kotor yang diinginkan.
4.      Tingkat Imbal Hasil Aktiva yang Diinginkan, yaitu pendekatan penetapan harga lainnya yang umum digunakan adalah dengan menetapkan harga untuk mencapai tingkat imbal hasil atas aktiva yang diinginkan.


3. PENETAPAN HARGA STRATEGIS PADA TAHAP-TAHAP SIKLUS HIDUP PENJUALAN

            Penentuan harga jual stratejik dan pengembangan sistem manajemen biaya yang tepat tergantung pada posisi produk atau jasa dalam tahap-tahap siklus penjualan (sales life cycle).  Hal ini dapat dilihat dari beberapa fase berikut ini, yaitu :
Fase 1 :  Pengenalan Produk
                           Tahap pertama ini terdapat sedikti persaingan, dan penjualan perlahan-perlahan mengalami peningkatan karena pelanggan mulai sadar akan adanya produk atau jasa baru. Biaya relatif tinggi karena tingginya pengeluaran untuk riset dan pengembangan dan biaya modal untuk memasang fasilitas produksi dan upaya pemasan. Harga relatif tinggi karena adanya diferensiasi produk dan biaya tinggi pada tahap ini. Variasi produk terbatas.


Fase 2 :  Pertumbuhan
Penjualan mulai tumbuh secara tepat dan variasi produk meningkat. Produk sedang menikmati manfaat dari adanya diferensiasi. Persaingan semakin meningkat dan harga mulai lunak.
Fase 3 :  Kematangan
Penjualan terus meningkat, tetapi dengan tingkat kenaikan yang menurun. Ada pengurangan persaingan dan variasi produk. Harga juga tetap lunak, dan diferensiasi tidak lagi penting. Persaingan berdasarkan biaya, persaingan kualitas dan fungsionalitas tidak dapat diubah.
Fase 4 :  Penurunan
Penjualan mulai menurun, demikian pula jumlah pesaing. Harga menjadi stabil. Menekankan pada kembalinya diferensiasi. Perusahaan yang dapat bertahan adalah perusahaan yang dapat melakukan diferensiasi pada produk mereka, mengendalikan biaya, kualitas pengiriman yang baik, dan pelayanan yang baik. Pengendalian terhadap biaya dan jaringan distribusi yang efektif merupakan kunci untuk terus dapat bertahan.

Pada fase pertama fokus manajemen adalah desain, diferensiasi,dan pemasaran. Fokus manajemen berubah ke arah pengembangan produk baru dan strategi penentuan harga jual sejalan dengan berkembangnya persaingan pada tahap ke dua. Pada fase ketiga dan ke empat, perhatian manajemen berubah ke arah pengendalian biaya, kualitas, dan jasa sejalan dengan semakin kompetitifnya pasar.
Dari rangkuman yang dilihat, bahwa strategi prusahaan untuk produk dan jasa berubah selama siklus penjulan produk (sales life cycle), dari diferensiasi pada fase awal ke arah keunggulan biaya pada fase terakhir.


Sumber : Cokins, et. al., 2011, "Manajemen Biaya penekanan Strategis", Buku 1, Edisi 5, Jakarta : Salemba Empat

No comments:

Post a Comment