1. Pengukuran
dan Pengendalian Kinerja
Pengukuran
kinerja (biasa disebt juga evaluasi kinerja) adalah proses dimana manajer pada
seluruh tingkatan mendapatkan informasi mengenai kinerja tugas-tugas yang
diberikan dalam perusahaan serta menentukan apakah kinerja tersebut sesuai
dengan kriteria yang telah dibuat sebelumnya sebagaimana yang tercantum dalam
anggaran, rencana, dan tujuan perusahaan.
Kendali manajemen diartikan sebagai
evaluasi terhadap kinerja manajer pada tingkat menengah yang dilakukan oleh
manajer pada tingkat yang lebih tinggi. Kendali operasi ialah evaluasi terhadap
karyawan pada tingkat operasi oleh manajer tingkat menengah.
a. Kendali
Operasional versus Kendali Manajemen
Berbeda dengan pengendalian operasional yang
berfokus pada ukuran kinerja jangka pendek yang lebih rinci, kendali
manajemen berfokus pada manajer pada
tingkat yang lebih tinggi dan isu-isu strategis jangka panjang.
Untuk pengendalian manajemen sendiri didalamnya
terdapat direktur eksekutif (sebagai tingkat paling tinggi) lalu menyabang
menjadi 3 yaitu manajemen pemasaran, manajemen operasional, dan manajemen
keuangan. Pada ketiga cabang tersebut ada salah satu cabang yang tidak
mempunyai jalus cabang kebawah lagi yaitu manajemen kauangan karena lingkupnya
hanya pada keuangan yang lebih utamanya.
Kedua cabang yang mempunya jalus cabang lagi yaitu
manajemen pemasaran dan manajemen operasi. Pada manajemen pemasaran terdadat
beberapa cabangan yang menunjukkan wilayah pemasaran dan untuk manajemen
operasi akan tergantung pada jumlah pabrik yang dikelola.
Untuk pengendalian operasonal ini akan meneruskan
cabang rantai dari pengendlian manajemen seperti distribusi produk dan pabrik.
b. Tujuan
dari Kendali Manajemen
Pada pendekatan manajemen berdasarkan tujuan,
manajemn puncak membebankan serangkain tanggung jawab kepda setip manajer
tingkat menengah. Bidang-bidang pertanggungjawaban ini sering disebut sebagai
unit bisnis strategis. Unit bisnis strategis terdiri atas seperngkat aktivitas
operasi yang dapat dikendalikan yng menjdi wilyah tanggung jawab manajemen SBU.
Berbagai macam istilah yang digunakan untuk SBU : Unit Bisnis, Pusat, Divisi,
atau Hanya Unit. Tujuan dari kendali manajemen adalah untuk,
i.
Memotivasi para manajer menggunakan
upaya yang sangat tinggi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh manajemen
puncak.
ii. Memberikan
insentif yang tepat kepada manajer untuk membuat keputusan yang konsisten
dengan tujuan yang ditetapkan manajemen puncak, yang mana untuk mensejajarkan
upaya para manajer dengan tujuan strategis yang diinginkan. Kesetaraan antara
tujuan manajer dan manajemen tingkat atas tersebut juga disebut sebagai
kesesuaian tujuan.
iii. Menentukan
secara adil penghargaan yang diperoleh para manajer atas upaya dan keahlian
serta efektifitas mereka dalam mengambil keputusan.
Ringkasan dari tujuan manajemen puncak
dibuat dalam rangka memberikan kompensasi yang adil kepada manajer yang bekerja
keras dan membuat keputusan yang benar, seluruhnya dalam konteks tindakan
otonomi yang dilakukan oleh manajer SBU tersebut.
c. Kerja
Kontrak
Kontrak kerja adalah perjanjian antara manajer dan
manajemen puncak yang dirancang untuk memberikan insentif kepada manajer agar
bertindak secara bebas dalam mencapai sasaran manajemen puncak. Model ekonomi
yang disebut sebagai model principal agen adalah sebuah prototipe berisi
elemen-elemen penting yang harus terdapat dalam kontrak untuk mencapai
tujuan-tujuan yang diinginkan. Adanya ketidakpastian dan ketidakmampuan untuk
mengamati berarti bahwa kontrak antara manajer dengan manajemen puncak harus
mencakup ketidakpastian dan ketidakmampuan untuk mengamati hal tersebut secara
spesifik. Hal ini dipenuhi dengan mamahami dan menerapkan tiga prinsip kontrak
kerja :
i.
Karena ketidakpastian dalam lingkungan
manajemen, kontrak seharusnya mengakui bahwa faktor-faktor lain di dalam dan
diluar perusahaan juga mempengaruhi hasil usaha dan kemampuan manajer.
ii. Kontrak
seharusnya hanya mencakup faktor-faktor yang dikendalikan oleh manajer.
iii. Karena
ketidakpastian dan ketidakmampuan untuk mengamati, seorang manajer penghindar
risiko tidak berada sejajar dengan mereka yang barada diposisi manajemen
puncak.
Akibatnya,
kontrak antara manajemen puncak dengan manajer seharisnya mengakui penghindaran
risiko manajer dan peran ketidak pastian: perlunya memahami dan menerapkan
ketiga prinsip pembuatan kontrak kerja.
2. Desain
Sistem Kendali Manajemen untuk Evaluasi dan Motivasi
Pengembangan
sistem kendali sistem pengendalian manajemen meliputi identifikasi secara jelas
siapa, apa, dan kapan untuk evaluasi. Aspek pertama dati pengendalian manajemen
adalah siapa yang dimaksud adalah siapa yang membutuhkannya seperti pemegang
saham, kreditor dan pemerintah. Aspek kedua pengendalian manajemen adalah apa
yang sedang dievaluasi, tentang apa isi yang akan di sajikan kepada pihak-pihak
yang terkait. Aspek kendali manajemen adalah kapan evaluasi kerja dilakukan.
Pilihan waktu yang lain adalah dengan mengaitkan evaluasi pada siklus hidup
produk. Sistem kedali manajemen ada 2 macam yaitu formal dan informal.
a. Sistem
Kendali Informal
Sistem kendali informal digunakan dalam perusahaan
pada tingkat individu maupun tingkat tim. Motovator individu seperti itu
memperjelas adanya perbedaan kinerja antarkaryawan.
Saat sistem informal muncul pada tingkat kelompok
atau tim kerja, norma-norma yang digunakan bersama dalam tim, seperti perilaku
yang positif untuk membantu perusahaan mencapai tujuan-tujuan mutu atau
memperbaiki penjualannya, memperngaruhi kinerja orang-orang yang ada dalam tim.
Akuntan manajemen harus -mempertimbangkan sistem-sistem informal ini agar dapat
secara tepat mengembangkan sistem pengendalian yang memiliki pengaruh yang
diinginkan terhadap kinerja karyawan.
b. Sistem
Kendali Formal
Tiga pengendalian manajemen formal yang penting pada
tingkat karyawan perseorangan adalah (1) praktik-praktik memperkerjakan
karyawan, (2) kebijakan-kebijakan promosi, dan (3) sistem pengukuran kinerja
strategis. Sistem pengukuran kinerja strategis merupakan metode yang paling
umum untuk mengevaluasi manajer.
3. Pengukuran
Kinerja Strategis
Pengukuran
kinerja strategis adalah sistem akuntansi yang digunakan oleh manajemen puncak
untuk mengevaluasi manajer SBU.
a. Desentralisasi
Perusahaan dikatakan terdesentralisasi, jika
perusahaan tersebut telah memilih untuk mendelegasikan sejumlah besar tanggung
jawab kepada manajer-manajer SBU. Sebaliknya, perusahaan yang terdesentralisasi
menyerahkan banyak pengambilan keputusan pada
tingkat manajemen puncak. Manfaat strategi dari pendekatan sentralisasi
adalah bahwa manajemen puncak mempertahankan pengendalian atas fungsi-fungsi
bisnis yang penting, sehingga dapat memastikan tingkat kinerja yang diinginkan
tercapai.
Pendekatan sentralisasi menyebabkan ketidak
didapatkannya pengetahuan pada tingkat lokal yang diperlukan. Meskipun alasan
utama untuk disentralisasi adalah penggunaan pengetahuan lokal atau khusus oleh
manajer-manajer SBU, terdapat juga insentif lain yang penting. Pertama, banyak
manajer mengatakan bahwa pengukuran kinerja strategis yang terdesentralisasi
lebih memberikan motivasi karena memberikan kesempatanbagi para manajer untuk
menunjukkan keahlian mereka dan keinginan mereka untuk mencapai, juga menerima
pengakuan dan kompensasi atas keahlian mereka. Kedua, karena tanggung jawab
langsung yang ditanggung oleh manajer-manajer SBU, pendekatan desentralisasi
memberikan semacam pelatihan untuk calon-calon manajer tingkat puncak masa
depan.
Kelebihan
dari desentralisasi
i.
Menggunakan pengetahuan lokal
ii. Memungkinkan
respon yang efektif dan tepat waktu kepada pelanggan
iii. Melatih
manajer
iv. Memotivasi
manajer
v. Menawarkan
metode evaluasi kinerja yang objektif
Kekurangan
dari desentralisasi
i.
Dapat menghambat koordinasi antar SBU
ii. Dapat
menyebabkan konflik antar SBU
b. Tipe
Unit Strategi Bisnis
Pusat biaya adalah SBU produksi atau pendukung dalam
perusahaan yang bertujuan menyediakan produk atau jasa bermutu terbaik pada
biaya paling rendah. Pusat pendapatan disiefinisikan menurut lini produk atau
pun wilayah geografis. Pilihan terhadap pusat laba, biaya, atau pendapatan
tergantung pada sifat lingkungan produksi dan penjualan dalan suatu perusahaan.
Pilihan yang lebih disukai adalah menggunakan pusat laba bagi manajer
pendapatan maupun produksi, sihingga keduanya dapat melakukan upaya koordinasi
untuk mencapai laba tertinggi keseluruhan bagi perusahaan.
i.
Balanced Scorecard
BSC
menyediakan evaluasi kinerja yang lebih komprehensif, dank arena itu merupakan
suatu evaluasi yang dapat lebih efektif dalam memenuhi tujuan evaluasi, yaitu
motivasi, keadilan, dan insentif yang tepat untuk penyelarasan kinerja manajer
dengan tujuan strategis.
4. Pusat
Biaya
Pusat biaya meliputi
departemen produksi langsung seperti departemen perakitan dan penyelesaian
serta departemen pendukung produksi seperti penanganan bahan baku,
pemeliharaan, dan teknik.
a. Isu
Strategis Terkait Penerapan Unit Bisnis Strategis Biaya
i.
Pergeseran biaya
Pergeseran
biaya terjadi pada suatu departemen mengganti biaya-biaya yang dapat dikendalikannya
dengan biaya-biaya yang tidak dapat dikendalikan. Fokus yang berlebihan pada
biaya-biaya yang dapat dikendalikan
biasa mengakibatkan pergeseran biaya yang salah fungsi. Isu-isu
pergeseran biaya juga terdapat pada perusahaan nirlaba, tidak memisahkan antara
biaya langsung dengan biaya tidak langsung dalam pelaporan kinerja mereka.
Insentif lain dari dilakukannya pergeseran baiay oleh entitas laba adalah
karena jasa-jasa tertentu biayanya diganti berdasarkan cos-plus, sementara yang
laninnya dibebankan sebagai biaya tetap.
b. Fokus
Jangka Pendek
Isu strategis lainnya dalah perhatian pada bnyak
sistem pengukuran kinerja yang berfokus secara berlebihan pada angka-angka
biaya tahunan.
i.
Peran kelonggaran biaya
Kelonggaran
biaya adalah selisih antara kinerja yang dianggarkan dengan kinerja yang
diharapkan. Kelonggaran biaya ini mempunyai peran bagi manajer membuat
keputusan dan tujuan kepada karyawan dan membatasinya pada ketidak pastian
lingkungan.
c. Mengimplementasikan
Pusat Biaya di Departemen
i.
Departemen produksi dan departemen
pendukung
Metode
biaya diskresioner dan metode biaya rekayasa. Kedua metode ini mempunyai dasar
perilaku biaya dan fokus yang berbeda masing-masing berupa input atau output.
Metode biaya deskresioner, menganggap biaya sangat tidak dapat dikendalikan dan
menerapkan keleluasaan pada tahap perencanaan metode ini merupakan pendekatan
berorientasi input. Metode biaya rekayasan, menganggap biaya bersifat variabel
dan karenanya dapat direkayasa, atau dapat dikendalikan metode ini merupakan
pendekatan berorientasi output. Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan antara
pusat biaya diskresioner dan pusat biaya rekayasa adalah kompleksitas
lingkungan kerja.
Pendekatan biaya
diskresioner
1) Sebagian
besar biaya bersifat tetap, tidak dapat dikendalikan
2) Perusahaan
menggunakan fokus perencanaan berfokus input
3) Operasinya
kurang jelas
4) Fokusnya
adalah pada perencanaan
Pendekatan
biaya rekayasa
1) Sebagian
besar biaya bersifat variabel, dapat dikendalikan
2) Perusahaan
menggunakan fokus evaluasi berorientasi output
3) Operasinya
dirumuskan dengan baik
4) Fokusnya
adalah pada evaluasi
ii. Departemen
pendukung administrasi
Departemen-departemen
ini jarang sekali yang mempunyai sumber pendapatn, tetapi para manajernya
mengendalikan hamper semua biaya, sehingga metode pusat biaya sesuai.
d. Outsourching
dan Konsolidasi Pusat Biaya
Outsourching adalah istilah yang digunakan untuk
menunjukkan keputusan perusahaan untuk memiliki jasa untuk produk yang saat ini
disediakan oleh departemen pemdukung menjadi dipasok oleh perusahaan luar
dimasa datang. Pilihan lain yang sering digunakan oleh perusahaan adalah untuk
mengunsolidasikan pusat biaya yang didesentralisasi menjadi satu atau beberapa
pusat biaya terpusat. Tujuannya adalah untuk mengurangi biaya keseluruhan dan
meningkatkan keseluruhan kealitas layanan yang disediakan. Akuntansi dan
departemen sumber daya manusia sering berkonsolidasi untuk alasan ini.
e. Alokasi
Biaya
Kriteria untuk memilih metode alokasi biaya,
sebagaimana dijelaskan pada bab 7, sama dengan tujuan pengendalian manajemen:
untuk (1) memotivasi manajer malakukan upaya semaksimal mungkin, (2)
menyediakan insentif bagi manajer atas pengambilan keputusan yang konsisten
dengan tujuan manajemen puncak dan (3) memberikan dasar evaluasi kinerja
manajer dengan adil. Pendekatan yang berguna dalam memilih metode alokasi
biaya, selain ketiga kriteria yang baru saja dijelaskan, adalah menggunakan
alokasi ganda. Alokasi ganda adalah metode alokasi yang memisahkan biaya tetao
dan variabel. Biaya variabel secara langsung ditelusuri ke departemen pengguna,
dan biaya tetap dialokasikan berdasarkan logika tertentu.
5. Pusat
Pendapatan
Penggerak
pendapan dalam perusahaan manufaktur adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
volume penjualan, seperti perubahan harga, promosi, diskon, layanan pelanggan,
perubahan fitur produk, waktu penyerahan, dan faktor-faktor bernilai tambah
lainnya. Biaya untuk mendapatkan pesanan adalah pengeluaran untuk iklan dan
promosi produk. Biaya untuk memenuhi pesanan meliputi pengangkutan,
pergudangan, pengemasan dan pengiriman, serta penagihan.
6. Pusat
Laba
Keunggulan
penting dari pusat laba adalah bahwa SBU ini membuat insentif manajer sejalan
dengan insentif manajemen puncak : untuk memperbaiki profitabilitas perusahaan.
a. Peran
Strategis Pusat Laba
Tiga isu strategis menyebabkan perusahaan lebih
memilih pusat laba daripada pusat biaya tau pusat pndapatan. Pertama, laba
memberikan insentif untuk koordinasi yang diinginkan di antara fungsi-fungsi
pemsarn, produksi, dan pendukung. Alasan kedua mengapa perusahaan menggunakan
pusat laba dan buka pusat biaya adalah memotivasi manajer agar memandang produk
merek sebgi produk yng dapat dipasarkan kepada para pelanggan luar. Alasan
ketiga memilih pusat lba adalah memotivasi para manjer untuk mengembangkan cara
baru dalam menghasilkan laba dari produk dan jasa mereka.
b. Laporan
Laba/Rugi Kontribusi
Laporan laba rugi kontribusi, didasarkan pada margin
kontribusi yang dikembangkan untuk setiap pusat laba dan setiap kelompok pusat
laba yang relevan. Kontribusi oleh pusat laba, mengukur seluruh biaya yang
dapat ditelusuri dan kerananya dapat dikendalikan oleh pusat laba individu.
Biaya tetap yang dapat dikendalikan adlah biaya tetap yang dpat dipengaruhi
oleh manajemen pusat laba dalam waktu kira-kira satu tahun atau kurang. Biaya
tetap yang tidak dapat dikendalikan adlh biy yang tidak dapt dikendalikan dalam
waktu satu tahun; biasanya mencakup biaya-biaya terkait fasilitas penyusutan,
pajak, dan asuransi. Margin yang dapat dikendalikan, ditentukan dengan
mengurangkan biya tetap jangka pendek yang dapat dikendalikan dari margin
kontribusi. Satu kesulitan dalm menyelesaikan laporan laba/rugi kontribusi dlah
karena adanya beberap biaya yang tidak dapat ditelusuri pada sutu tingkat
terperinci tetapi dapat ditelusuri pada tingkat kesatuan yang lebih tinggi.
c. Perhitungan
Biaya Variabel dan Perhitungan Biaya Penuh
Penggunaan laporn laba/rugi kontribusi seringkali
disebut sebagai perhitungan biaya variabel karena memisahkan biaya variabel
dengan biaya tetap. Keunggulan perhitungan biaya variabel adalah memenuhi tiga
tujuan sistem pengendaliam manajemen dengan menunjukkan secara terpisah biaya
yang dapat ditelusuri pada dan dikendalikan oleh masing-masing SBU. Pedoman
yang bermnfat adalah bahwa laba bersih yang dihitung dengan sistem perhitungan
biaya penuh melebihi laba bersih yang dihitung dengan sistem perhitungan biaya
variabel (sebesar jumlah perubahan biaya tetap dalam persediaan) bila persedian
meningkat, dan sebaliknya, bila persediaan menurun.
d. Laporan
Laba/Rugi Kontribusi dan Arus Nilai
Laporan
lba/rugi arus nilai menunjukkan kontribusi masing-masing nilai aliran perushan
dalam bnyak cara yang sama seperti kontribusi laporan laba/rugi, masing-msing
rus nilai adalh pust laba. BSC mengukur kinerja SBU dalam empt perspektif
penting; (1) kepuasan pelanggan, (2) kinerja keuangan, (3) porses bisnis
internal, serta (4) pembelajaran dan inovasi.
e. Mengimplementasikan
Balance Scorecard dan Peta Strategi dalam Evaluasi Kinerja
Beberapa
isu yng menjadi perhatin scara efektif dalam menerapkan BSC dan peta strategi
pada evaluasi kinerja,
i.
BSC dan peta strategi lebih mungkin
untuk igunakn dalam evlusi kinerja dari waktu ke waktu daripada kinerja SBU
relative terhadap SBU lain.
ii. Banyak
penelitian menunjukkan bahwa BSC digunakan untuk perencanaan strategis dan
sering juga untuk evaluasi kinerja, tetapi jarang dalm mnajemen kompensasi.
iii. Keberhasilan
penerapan BSC memerlukan validasi dari link antara langkah-langkah yang dianggp
meningkatkan kinerj seluruh BSC.
iv. Manjer
harus diberikan informs tentng hubungan strategis di scorecard tersebut.
v. Banyk
perusahaan besar telh menginstal sistem computer yng disebut Enterprise Resource Planning System (ERP’s)
vi. Berbeda
dengn data keuangn yng tunduk pada audit keungan dan sistem kendali, banyak
informs nonfinnsial yng digunakn dalam BSC tidak tunduk pad kendali atau audit.
vii. Ulasn
kinerja manajer terjadi pada interval yang tergantung- biasanya setiap triwulan
atau setiap tahun-cocok dengn persipn perushan dari informs keungan triwulan
dan tahunan.
viii.Biasanya,
semua data keuangan yang digunakan oleh biaya atau laba SBU dikembangkan secara
internal, dengan menggunakan sistem informasi yang berkembang dengan baik.
f. Mengimplementasikan
Strategi Menggunkan Balanced Scorecard: 6 Langkah Untuk Memaksimalkan Nilai dari
Ukuran Nonfinansil
Untuk memenuhi kebutuhan pelaksanaan ukuran
nonfinansial yang lebih efektif, Ittner dan Larcker menyarankan enam langkah
berikut,
i.
Mengembangkan model biasa
ii. Mengumpulkan
data
iii. Mengubah
data jadi informasi
iv. Secra
terus-menerus menyempurnakan model
v. Mendasarkan
penemuan dalam tindakan
vi. Menilai
hasil
7. Kendali
Manajemen dalam Perusahaan Jasa dan Perusahaan Nirlaba
Pengendalian manajemen di
perusahaan nirlaba pada umumnya diterapkan dalam bentuk pusat biaya atau pusat
laba. Jenis SBU yang paling umum di perushaan jasa dan perusahaan nirlaba
adalah pust biaya. Perbedannya adalah pada biaya, yang dipisahkan menjadi biaya
variabel seperti tenaga kerja dan perlengkapan, biaya tetap yang dpat
dikendalikan seperti gaji penyelia, dan biaya tetap yang tidak dapat
dikendalikan seperti pemrosesan data dan manajemen fasilitas.
Sumber : Cokins, et. al., 2011, "Manajemen Biaya penekanan Strategis", Buku 1, Edisi 5, Jakarta : Salemba Empat